Banda Aceh – Ketua Fraksi PKS DPRK Banda Aceh, Tuanku Muhammad, meminta PLN tidak memadamkan listrik saat tes CPNS berlangsung. Apalagi bila melihat kondisi hari ini di mana hampir seharian listrik di Aceh padam akibat gangguan sistem transmisi di Sumatera Utara.

“Kondisi ini tentu kembali meresahkan masyarakat Aceh. Apalagi ini sedang masuk masa tahapan tes SKD CPNS di sebagian kabupaten/kota di Aceh termasuk CPNS yang di kementerian,” kata Tuanku 03 Februari 2020.

Tuanku menyebutkan bahwa kondisi ini tidak bisa terus-terusan terjadi di Aceh. PLN harus mampu memastikan lancarnya listrik di Aceh terutama di Kota Banda Aceh yang aktivitas kegiatannya sangat padat.

Selain itu, kata dia PLN juga harus memahami dengan baik kapan-kapan saja kebutuhan listrik itu sangat krusial seperti saat tes CPNS dan ujian nasional di sekolah.

Pihaknya sangat menyayangkan harus terjadi kerusakan listrik dan pemadaman di saat tes CPNS hari ini. Meskipun sebagian tempat sudah mempersiapkan diri dengan kondisi jika sewaktu-waktu mati listrik namun tetap saja akan mengganggu psikologi peserta tes CPNS yang sedang berkonsentrasi menjawab soal SKD CPNS.

“Jangan sampai banyak peserta CPNS Aceh yang tidak lulus salah satu akibatnya karena terganggu listrik yang padam. Ini haram terjadi di Aceh,” kata Tuanku.

Selain itu, Tuanku Muhammad juga meminta dan mendorong agar Pemerintah Republik Indonesia mau membangun dan mengembangkan kemandirian listrik di Aceh. Selama ini jalur listrik Aceh masih bergantung pada Sumatera Utara.

“Kebutuhan listrik di Aceh yang masih bergantung pada Sumatera Utara harus segera dibenahi. Pemerintahan Indonesia melalui Kementerian BUMN dan PLN harus memutus ketergantungan ini. Sehingga pemadaman listrik yang sering terjadi di Aceh bisa terkurangi,” ujar Tuanku.

Saat ini beban puncak daya listrik di Aceh sebesar 500 megawatt. Dayatersebut berasal dari PLTU Nagan sebesar 200 megawatt, dari Arun 200 megawatt. Sehingga untuk memenuhi kekurangannya Aceh harus dipasok dari Sumatera Utara 100 megawatt melalui jalur transmisi 150 dan 75 dari Pangkalan Susu ke Arun, Sigli, lalu ke Banda Aceh.[]